Unsur
Intrinsik dan Ekstrinsik Novel "Laskar
Pelangi"
Judul : Laskar
Pelangi
Penulis
: Andrea Hirata
Penerbit : Bentang
Kota
Tempat Terbit : Jl. Pandega Padma 19, Yogyakarta
Tahun
Terbit
: Cetakan III, Juli 2007
Tebal halaman
: 533 halaman
Sinopsis/rinkasan novel : SD Muhammadiyah tampak begitu rapuh dan
menyedihkan dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara
Timah).
Mereka tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka. Kesulitan terus menerus membayangi sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas jiwa ikhlas dan kepeloporan dua orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, berusaha mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan murid itu, terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang masa bersekolah tak pernah mendapatkan rapor. Sekolah yang dihidupi lewat uluran tangan para donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin: gedung sekolah bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya, jika malam dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo beras, sehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Sang kepala sekolah mencangkul sebidang kebun dan sang ibu guru menerima jahitan. Kendati demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari di sekolah yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan roboh. Semuanya terjadi karena sejak hari pertama kelas satu sang kepala sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) telah berhasil mengambil hati sebelas anak-anak kecil miskin itu. Dari waktu ke waktu mereka berdua bahu membahu membesarkan hati kesebelas anak-anak tadi agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam hidup ini. Mereka mengajari kesebelas muridnya agar tegar, tekun, tak mudah menyerah, dan gagah berani menghadapi kesulitan sebesar apapun. Kedua guru itu juga merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan mereka mampu mengasah bakat beberapa murid lainnya. Pak Harfan dan Bu Mus juga mengajarkan cinta sesama dan mereka amat menyayangi kesebelas muridnya. Kedua guru miskin itu memberi julukan kesebelas murid itu sebagai para Laskar Pelangi. Keajaiban terjadi ketika sekolah Muhamaddiyah, dipimpin oleh salah satu laskar pelangi mampu menjuarai karnaval mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika tiga orang anak anggota laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Sahara) berhasil menjuarai lomba cerdas tangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-sekolah negeri. Suatu prestasi yang puluhan tahun selalu digondol sekolah-sekolah PN. Tak ayal, kejadian yang paling menyedihkan melanda sekolah Muhamaddiyah ketika Lintang, siswa paling jenius anggota laskar pelangi itu harus berhenti sekolah padahal cuma tinggal satu triwulan menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak laki-laki tertua yang harus menghidupi keluarga, sebab ketika itu ayahnya meninggal dunia. Belitong kembali dilanda ironi yang besar karena seorang anak jenius harus keluar sekolah karena alasan biaya dan nafkah keluarga justru disekelilingnya PN Timah menjadi semakin kaya raya dengan mengekploitasi tanah leluhurnya. Meskipun awal tahun 90-an sekolah Muhamaddiyah itu akhirnya ditutup karena sama sekali sudah tidak bisa membiayai diri sendiri, tapi semangat, integritas, keluruhan budi, dan ketekunan yang diajarkan Pak Harfan dan Bu Muslimah tetap hidup dalam hati para laskar pelangi. Akhirnya kedua guru itu bisa berbangga karena diantara sebelas orang anggota laskar pelangi sekarang ada yang menjadi wakil rakyat, ada yang menjadi research and development manager di salah satu perusahaan multi nasional paling penting di negeri ini, ada yang mendapatkan bea siswa international kemudian melakukan research di University de Paris, Sorbonne dan lulus S2 dengan predikat with distinction dari sebuah universitas terkemuka di Inggris. Semua itu, buah dari pendidikan akhlak dan kecintaan intelektual yang ditanamkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan. Kedua orang hebat yang mungkin bahkan belum pernah keluar dari pulau mereka sendiri di ujung paling Selatan Sumatera sana. A.Unsur Intrinsik
Mereka tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka. Kesulitan terus menerus membayangi sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas jiwa ikhlas dan kepeloporan dua orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, berusaha mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan murid itu, terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang masa bersekolah tak pernah mendapatkan rapor. Sekolah yang dihidupi lewat uluran tangan para donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin: gedung sekolah bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya, jika malam dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo beras, sehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Sang kepala sekolah mencangkul sebidang kebun dan sang ibu guru menerima jahitan. Kendati demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari di sekolah yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan roboh. Semuanya terjadi karena sejak hari pertama kelas satu sang kepala sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) telah berhasil mengambil hati sebelas anak-anak kecil miskin itu. Dari waktu ke waktu mereka berdua bahu membahu membesarkan hati kesebelas anak-anak tadi agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam hidup ini. Mereka mengajari kesebelas muridnya agar tegar, tekun, tak mudah menyerah, dan gagah berani menghadapi kesulitan sebesar apapun. Kedua guru itu juga merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan mereka mampu mengasah bakat beberapa murid lainnya. Pak Harfan dan Bu Mus juga mengajarkan cinta sesama dan mereka amat menyayangi kesebelas muridnya. Kedua guru miskin itu memberi julukan kesebelas murid itu sebagai para Laskar Pelangi. Keajaiban terjadi ketika sekolah Muhamaddiyah, dipimpin oleh salah satu laskar pelangi mampu menjuarai karnaval mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika tiga orang anak anggota laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Sahara) berhasil menjuarai lomba cerdas tangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-sekolah negeri. Suatu prestasi yang puluhan tahun selalu digondol sekolah-sekolah PN. Tak ayal, kejadian yang paling menyedihkan melanda sekolah Muhamaddiyah ketika Lintang, siswa paling jenius anggota laskar pelangi itu harus berhenti sekolah padahal cuma tinggal satu triwulan menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak laki-laki tertua yang harus menghidupi keluarga, sebab ketika itu ayahnya meninggal dunia. Belitong kembali dilanda ironi yang besar karena seorang anak jenius harus keluar sekolah karena alasan biaya dan nafkah keluarga justru disekelilingnya PN Timah menjadi semakin kaya raya dengan mengekploitasi tanah leluhurnya. Meskipun awal tahun 90-an sekolah Muhamaddiyah itu akhirnya ditutup karena sama sekali sudah tidak bisa membiayai diri sendiri, tapi semangat, integritas, keluruhan budi, dan ketekunan yang diajarkan Pak Harfan dan Bu Muslimah tetap hidup dalam hati para laskar pelangi. Akhirnya kedua guru itu bisa berbangga karena diantara sebelas orang anggota laskar pelangi sekarang ada yang menjadi wakil rakyat, ada yang menjadi research and development manager di salah satu perusahaan multi nasional paling penting di negeri ini, ada yang mendapatkan bea siswa international kemudian melakukan research di University de Paris, Sorbonne dan lulus S2 dengan predikat with distinction dari sebuah universitas terkemuka di Inggris. Semua itu, buah dari pendidikan akhlak dan kecintaan intelektual yang ditanamkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan. Kedua orang hebat yang mungkin bahkan belum pernah keluar dari pulau mereka sendiri di ujung paling Selatan Sumatera sana. A.Unsur Intrinsik
1.Tema
Tema utama dalam novel “Laskar Pelangi” ini adalah pendidikan. Namun uniknya
tema pendidikan ini diselingi oleh kisah persahabatan yang erat antara anggota
‘Laskar Pelangi’. Tema pendidikan ini sendiri dipadukan dengan tema ekonomi.
Namun tema pendidikan lah yang lebih menonjol.
2. Plot
(alur)
a.Pengenalan Situasi Cerita
`
Cerita diawali dengan dibukanya penerimaan
murid baru di SD Muhammadiyah
yang ada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan.
Sebuah daerah yang kaya akan sumber daya alamnya yaitu timah. Belitong
merupakan daerah yang menjadi tempat penambangan timah terbesar dan
menghasilkan banyak sekali keuntungan. Meski pun begitu, kehidupan di sana
seperti terpetak-petak antara yang kaya dan yang miskin. Pagi itu, satu
demi satu calon siswa yang didampingi oleh orang tuanya berdatangan
mendaftarkan diri di sekolah yang hampir roboh dan mungkin sudah tidak layak
untuk dipakai sebagai tempat belajar-mengajar.
b.Menuju Adanya Konflik Dalam novel
“Laskar Pelangi” ini, banyak sekali bermunculan masalah-masalah atau
konflik-konflik. Namun konflik awal yang pertama muncul adalah saat suasana
mulai tegang karena ternyata pendaftar tidak mencukupi batas minimal siswa yang
disyaratkan oleh Depdikbud Sumsel. Apabila calon siswa yang mendaftar kurang
dari sepuluh anak, maka SD Muhammadiyah harus ditutup.
c.Puncak Konflik Puncak konfliknya ialah
setelah ditunggu hingga siang, ternyata jumlah pendaftar tidak lebih dari
sembilan orang. Jumlah ini tentu saja belum mencukupi persyaratan Depdikbud.
Hal ini tentu saja sangat mencemaskan Pak Harfan sang kepala sekolah dan Bu
Muslimah sang guru. Sampai pada akhirnya Pak Harfan memutuskan untuk memberikan
pidato sekaligus mengumumkan bahwa penerimaan siswa baru dibatalkan.
Selanjutnya konflik-konflik lain bermunculan dari
masing-masing tokoh. Namun konflik selanjutnya yang secara garis besar
melibatkan hampir semua tokoh ialah saat akan diadakannya lomba karnaval dan
cerdas cermat antar sekolah.
d.Penyelesaian Sesaat hampir saja Pak
Harfan memulai pidatonya untuk memberitahuakan bahwa penerimaan siswa baru di
SD Muhammadiyah dibatalkan, seorang ibu muncul untuk mendaftarkan anaknya
(Harun) yang mengidap keterbelakangan mental. Tentu saja kedatangan Harun dan
ibunya ini memberikan napas lega kepada Pak Harfan, Bu Muslimah dan juga para
calon siswa serta orang tuanya. Harun telah menggenapi jumlah siswa untuk
menghindarkan SD Muhammadiyah dari penutupan. Sekolah yang jika malam dipakai
sebagai kandang ternak ini akhirnya memulai kegiatan belajar-mengajar meski
dengan fasilitas yang seadanya. Tiba saatnya mengikuti karnaval antar sekolah.
Keikutsertaan SD Muhammadiyah sempat diperdebatkan karena ketidakadaan dana dan
sikap pesimistis yang muncul. Namun, Bu Muslimah bersikeras mengikutkan
murid-muridnya. Karena nilai keseniannya paling tinggi dan dianggap sebagai
murid yang kreatif, Mahar pun ditunjuk sebagai ketua untuk mengurusi persiapan
karnaval. Dengan ide cemerlang dan kreativitasnya, Mahar berhasil menggiring
teman-temannya merebut piala kemenangan. SD Muhammadiyah kembali mengikuti
perlombaan. Kali ini adalah perlombaan cerdas cermat. Bu Muslimah, Ikal dan
kawan-kawan sempat khawatir karena tak lama perlombaan akan dimulai namun ujung
tombak tim mereka belum juga datang. Untungnya meski hampir terlambat, akhirnya
si cerdas itu pun datang (Lintang). Awalnya tim dari SD Muhammadiyah tertinggal
angka melawan SD PN dan SD Negeri. Namun pada saat memasuki soal yang berbau
angka SD Muhammadiyah mengejar ketertinggalan dan berhasil keluar sebagai
juara.
3.
Latar Cerita
a. Latar Tempat
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini
adalah di sebuah sekolah bernama SD Muhammadiyah yang terletak di Desa Gantung,
Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Namun, ada pula yang
latarnya adalah di rumah, pohon, gua, tepi pantai, pasar dan lain-lain tapi
masih di kawasan Belitong.
b. Latar Waktu
Dikarenakan novel “Laskar Pelangi” ini merupakan novel yang menceritakan kisah
nyata meski ada bumbu imajinasi, maka latar waktu yang disampaikan pun jelas
yaitu terjadi pada tahun 1974.
c. Latar Suasana
Latar suasana yang ada dalam novel ini beragam dikarenakan konflik-konfik yang
muncul juga beragam. Ada kalanya senang, sedih, hingga cemas. Berikut beberapa
penggalan kisah yang menjelaskan suasana dalam novel :
· Suasana Sedih Salah satu
penggalan cerita yang menggambarkan suasana sedih ialah saat Ikal,
teman-temannya dan Bu Muslimah berpisah dari Lintang yang memutuskan berhenti
sekolah karena harus mengurusi keluarga yang ditinggal mati ayahnya.
· Suasana Senang Salah satu
penggalan cerita yang menggambarkan suasana senang ialah saat tim cerdas cermat
SD Muhammadiyah berhasil memenangkan pertandingan. ·
Suasana Cemas Salah satu penggalan cerita yang
menggambarkan suasana cemas ialah saat Pak Harfan, Bu Muslimah dan calon murid
SD Muhammadiyah beserta orang tuanya menunggu untuk menggenapkan calon siswa
yang mendaftar agar sekolah tidak ditutup.
4.
Penokohan Tokoh-tokoh yang berperan dalam novel ‘Laskar Pelangi’ antara lain :
a) IKAL atau yang di dalam novel ini
berperan sebagai ‘aku’ merupakan tokoh utama. Ikal adalah salah seorang anggota
‘Laskar Pelangi’. Di sekolah ia termasuk murid yang lumayan pandai, namun
kepandaiannya masih di bawah dari temannya yaitu Lintang. Ia selalu berada di
peringkat kedua di sekolah setelah Lintang. Ikal termasuk orang yang tidak
mudah putus asa, selalu bersemangat melakukan hal yang ia sukai dan tegar. Ikal
begitu menyukai dunia sastra terutama puisi. Dalam novel ini, Ikal diceritakan
menyukai seorang gadis keturunan Tionghoa bernama A Ling. Ia sering sekali
mengirimkan puisi tentang luapan perasaannya kepada A Ling.
b) Taprani merupakan sosok yang tampan,
rapi, perfeksionis, lumayan pintar, bicara seperlunya (pendiam), santun,
sangat berbakti kepada orang tua dan manja. Ia bercita-cita menjadi guru di
daerah terpencil untuk memajukan pendidikan orang melayu pedalaman. Taprani
selalu diperhatikan ibunya. Apa pun yang akan dilakukannya harus selalu
diketahui ibunya. Ia sangat tergantung pada ibunya.
c) Sahara merupakan satu-satunya
murid perempuan yang bersekolah di SD Muhammadiyah. Tubuhnya ramping dan selalu
berjilbab rapi. Di sekolah ia termasuk murid yang pintar. Meski pun ia adalah
sosok yang perhatian, namun ia termasuk tipe orang yang temperamental, ketus,
skeptis, susah diyakinkan dan tidak mudah terkesan. Sahara Sangat menjujung
tinggi nilai kejujuran. Ia paling tidak suka berbohong. Dalam novel ini
dicritakan bahwa ia bertengkar dengan A Kiong yang tidak pernah sependapat atau
satu pemikiran dengannya.
d) A Kiong adalah satu-satunya
murid keturunan Tionghoa yang bersekolah di SD Muhammadiyah. Sifatnya begitu
polos dan selalu mempercayai apa yang dikatakan Mahar. Ia selalu menjadi
pendukung sekaligus pengikut setia Mahar. A Kiong memiliki rasa persahabatan
yang tinggi dan suka menolong. Ia sering kali bertengkar dengan Sahara.
e) Harun yang sudah mulai
memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada usia lima belas tahun ini
mengidap keterbelakangan mental. Sifatnya santun, pendiam, dan murah senyum.
Laki-laki yang memiliki model rambut seperti Chairil Anwar ini hobi sekali
mengunyah permen asam jawa. Ia pun selalu berpakaian rapi. Di kelas, ia sama
sekali tidak bisa menangkap pelajaran membaca atau pun menulis. Ia pun sering
kali bercerita tentang kucing belang tiganya yang melahirkan tiga anak yang
juga bebelang tiga secara berulang-ulang.
f) Borek memilki tubuh
yang tinggi tinggi dan besar. Ia sangat terobsesi dengan body building dan
tergila-gila dengan citra cowok macho.
g) Syahdan,Karakter Syahdan tidak
begitu menonjol dalam novel ini. Ia adalah salah satu anggota ‘Laskar Pelangi’
yang selalu setia menemani Ikal membeli kapur tulis di took Sinar Harapan milik
orang tua A Ling. Syahdan merupakan saksi cinta pertama Ikal kepada A Ling. Ia
memiliki cita-cita sebagai aktor.
h) Kucai adalah salah satu anggota
‘Laskar Pelangi’ yang diamanahi sebagai ketua kelas. Ia sempat frustrasi ketika
menjadi ketua kelas karena kesulitan dalam mengatur teman-temannya. Meski
begitu, laki-laki yang menderita rabun jauh ini selalu terpilih menjadi ketua
kelas dan pada akhirnya ia menerima keputusan itu. Anak yang banyak bicara dan
susah diatur ini berbakat menjadi seorang politikus.
i) Lintang merupakan anak
yang paling jenius dan gigih di antara teman-temannya. Meski pun jarak rumahnya
dari sekolah sangat jauh (80 km), ia tetap semangat untuk pergi ke sekolah dan
menjadi anak yang paling pagi datang. Setiap berangkat sekolah, ia harus
melalui jalan yang merupakan tempat buaya tinggal. Ayahnya adalah seorang
nelayan miskin yang bertanggung jawab menafkahi empat belas nyawa yang tinggal
di rumahnya. Di sekolah, Lintang begitu serius belajar dan aktif. Otaknya yang
jenius dan cermat membawa tim SD Muhammadiyah menjadi pemenang dalam lomba
cerdas cermat. Lintang sangat suka membaca dan mempelajari berbagai ilmu
penngetahuan. Lintang pun tak segan membagi ilmunya kepada teman-temannya.
Idenya sangat kreatif. Lucunya, kelihaiannya dalam berpikir tidak dibarengi
dengan tulisan tangan yang indah.
j) Mahar memiliki bakat dalam bidang
seni, baik itu menyanyi, melukis, seni rupa dan lain sebagainya. Pemikirannya
imajinatif dan kreatif. Anak tampan ini termasuk orang yang menggemari
dongeng-dongeng yang tak masuk akal (mungkin karena ia terlalu imajinatif).
Mahar sering kali diejek dan ditertawakan teman-temannya karena pemikirannya
dianggap aneh.
k) Bu Muslimah Wanita bernama lengkap
N.A. Muslimah Hafsari ini adalah guru di SD Muhammadiyah. Ia sangat gigih dalam
mengajar meski pun gajinya belum dibayar. Ia sangat berdedikasi terhadap dunia
pendidikan dan dengan segenap jiwa mengajar murid-murid di SD Muhammadiyah.
Wanita cantik yang menyukai bunga ini memiliki pendirian yang progresif dan terbuka
terhadap ide-ide baru. Ia termasuk orang yang sabar dan baik hati
. l) Pak Harfan Pria bernama
lengkap K.A Harfan Efendy Noor ini menjabat sebagai kepala SD Muhammadiyah.
Bersama Bu Muslimah, ia tetap mempertahankan sekolah yang hamper ditutup karena
kekurangan siswa. Pak Harfan juga memiliki dedikasi tinggi terhadap pendidikan.
m) A Ling Gadis
keturunan Tiongoa ini merupakan cinta pertama Ikal. Ia memiliki tubuh yang
ramping dan tinggi. Anak dari pemilik toko Sinar Harapan ini ternyata juga
menyukai Ikal. Namun sayangnya ia pindah ke Jakarta.
n) Flo Ia merupakan murid
pindahan dari sekolah PN. Gadis tomboi yang berasal dari keluarga kaya ini
merupakan tokoh terakhir yang muncul sebagai anggota ‘Laskar Pelangi’.
5. Sudut Pandang
yang Digunakan Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut
pandang orang pertama pelaku utama karena dalam penceritaan novel penulis
menggunakan kata ‘aku’. Tokoh ‘aku’ dalam novel ini diceritakan paling dominan
sehingga si tokoh ‘aku’ dapat dikatakan sebagai tokoh atau pelaku utama.
6.
Amanat Banyak sekali amanat yang terkandung dalam novel “Laskar Pelangi” ini.
Diantaranya adalah : ·
Jangan mudah menyerah oleh keadaan (jangan
putus asa) Keadaan boleh saja serba kekurangan, namun kekurangan janganlah
menjadi alasan untuk tidak berusaha. Justru jadikanlah kekurangan itu sebagai
motivasi untuk bisa menutupinya. Dalam novel ini diceritakan tentang kehidupan
pendidikan yang keadaannya serba minim. Namun, tokoh-tokoh di dalamnya tidak
menyerah dengan keadaan seperti itu. Mereka tetap bersemangat mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Kemiskinan bukan alasan untuk tidak belajar.
·
Jauhi sifat pesimis Saat menengadahkan
perasaan kepada orang-orang yang ada di atas kita, bukan berarti kita harus
merasa kecil dan lemah di hadapan mereka. Kita ada di bawah, bukan berarti kita
tidak bisa seperti orang yang ada di atas. Menengadahkan perasaan ke atas
mestinya dijadikan cambuk semangat untuk bisa seperti orang itu atau bahkan
bisa lebih baik lagi. Contonya pada novel ini yang menceritakan sebuah sekolah
kampung (SD Muhammadiyah) biasa yang selalu optimis untuk bisa lebih baik dari
sekolah yang dari awal memang sudah baik (SD PN). ·
Sebagai guru haruslah
dengan ikhlas mengajar dan berdedikasi tinggi terhadap pendidikan. Dalam novel
ini diceritakan seorang guru yang begitu tinggi dedikasinya terhadap
pendidikan. Guru diibaratkan kompas yang menunjukkan kemana
murid-muridnya akan pergi. Bu Muslimah merupakan sosok yang menjadi guru
teladan yang dengan segenap kemampuannya berjuang untuk memajukan pendidikan di
sebuah kampug kecil.
B.
Unsur Ekstrinsik
Selain
unsur intrinsik, dalam novel “Laskar Pelangi” ini amat kental dengan pengaruh
unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik yang ada dalam novel tidak lepas dari latar
belakang kehidupan pengarang entah itu dari segi budaya yang dipegang,
kepercayaan, lingkungan tempat tinggal dan lain sebagainya. Ada pun beberapa
unsur ekstrinsik yang dibahas antara lain : 1.
Latar Belakang Tempat Tinggal Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi
psikologi penulisan novel. Apalagi novel “Laskar Pelangi” merupakan adaptasi
dari cerita nyata yang dialami oleh pengarang langsung. Letak tempat tinggal
pengarang yang jauh berada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur,
Sumatera Selatan ternyata benar-benar dijadikannya latar tempat bagi penulisan
novelnya. 2. Latar Belakang Sosial dan Budaya
Pada novel ini banyak sekali unsur-unsur sosial dan budaya masyarakat yang
bertempat tinggal di Belitong. Adanya perbedaan status antara komunitas buruh
tambang dan komunitas pengusaha yang dibatasi oleh tembok tinggi merupakan
latar belakang sosial. Dimana interaksi antara kedua komunitas ini memang ada
dan saling ketergantungan. Komunitas buruh tambang memerlukan uang untuk
melanjutkan kehidupan, sedang komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh
tambang untuk menjalankan usaha mereka
.
3. Latar Belakang Religi (agama) Latar belakang
religi atau agama si pengarang sangat terlihat seperti pantulan cermin dalam
novel “Laskar Pelangi” ini. Nuansa keislamannya begitu kental. Dalam beberapa
penggalan cerita, pengarang sering kali menyelipkan pelajaran-pelajaran
mengenai keislaman.
4. Latar
Belakang Ekonomi Sebagian masyarakat Belitong mengabdikan dirinya pada
perusahaan-perusahaan timah. Digambarkan dalam novel bahwa Belitong adalah
pulau yang kaya akan sumber daya alam. Namun tidak semua masyarakat Belitong
bisa menikmati hasil bumi itu. PN memonopoli hasil produksi, sementara
masyarakat termarginalkan di tanah mereka sendiri. Latar belakang ekonomi dalam
novel ini diambil dari kacamata masyarakat belitong kebanyakan yang tingkat
ekonominya masih rendah. Padahal sumber daya alamnya tinggi.
5.
Latar Belakang Pendidikan Dalam novel ini terkandung banyak sekali nilai-nilai
edukasi yang disampaikan pengarang. Pengarang tidak hanya bercerita, tapi juga
menyajikan berbagai ilmu pengetahuan yang diselipkan di antara ceritanya.
Begitu banyak cabang ilmu pengetahuan yang diselipkan antara lain seperti sains
(fisika, kimia, biologi, astronomi). Pengarang gemar sekali memasukkan
istilah-istilah asing ilmu pengetahuan yang tertuang dalam cerita. Ini
menandakan bahwa pengarangnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
0 komentar:
Post a Comment